Berdasarkan
wawancara kita dengan beberapa orang dari PT Mercedes-Benz Indonesia (MB Ina),
dan trainer dari pihak PT Mercedes Benz Distribution Indonesia Training Center
di Ciputat, saya mendapati beberapa fakta menarik tentang sasis bus ini yang
sangat user friendly buat pengemudi, fleet owner, bahkan juga terhadap
penumpang.
Sulasno,
trainer senior di PT Mercedes Benz Distribution Indonesia Training Center di
Ciputat, di sela road test OH 1521 E3 dari Jakarta ke Puncak, Senin (25/10)
lalu, mengungkapkan, sebagaimana fitur yang terpasang pada sasis OH 1525 dan OH
1526, sasis OH 1521 E3 ini sudah dilengkapi dengan on board diagnosis. Fitur
ini memudahkan pengemudi dan teknisi mengecek secara langsung melalui layar
display jenis kerusakan pada bus. Jadi, melalui perangkat menyerupai joystik
hitam di bagian kiri lingkar stir ini, teknisi tak perlu buru-buru menggunakan
software Star Diagnosis untuk mendeteksi jenis kerusakan ketika bus sedang
rewel.
Berbeda
dengan seri OH 1525 dan OH 1526 yang hanya menggunakan dua electronic
control unit (ECU), OH 1521 E3 ini sudah dilengkapi dengan tiga ECU. Yakni,
ECU jenis FR, MR dan INS. Sulasno memberi penegasan, sejak keluarnya sasis seri
OH 1525 tahun 2004 lalu, Mercedes-Benz sekarang dan ke depan tidak akan lagi
merilis sasis yang manajemen mesinnya tidak elektrik (tak menggunakan ICU),
seperti pada sasis tipe OH 1521 Intercooler yang muncul ke pasar awal 2000-an
ke bawah. "Kebijakan ini diambil MB Inamengacu pada standar emisi gas
buang bus-bus rakitan MB di pasar Eropa," kata Sulasno. Bus ini juga
dirancang tidak akan mogok di jalan (pengemudi dan teknisi bus MB biasa
menyebutnya dengan istilah ngeklok. Bagaimana penjelasannya? Menurut
Sulasno, bus ini sudah dilengkapi sistem pengamanan berlapis demi mencegah bus
mogok saat di perjalanan. Selain itu, mesin pada OH 1521 E3 ini juga dirancang
sangat smart demi mencegah peristiwa jebolnya mesin karena cara pengemudian
yang terlalu ekstrim oleh driver seperti terjadi pada sasis bus MB tipe-tipe
lama.
Fakta
selama ini menunjukkan, banyak pengemudi dan teknisi yang gemar mengakali
dengan mematikan sistem alarm agar bus bisa diajak lari atau kebut-kebutan di
jalan. Menanggapi ini, Sulasno menjelaskan, saat temperatur mesin menyentuh
angka 97 derajat Celcius, pengemudi akan diberi tahu melalui alarm yang
langsung menyala dan berbunyi di panel dasbor. Ketika alarm peringatan sudah
berbunyi namun pengemudi tetap menginjak pedal gas, melalui manajemen sistem
elektrik yang sudah built-in terpasang, mesin bus secara otomatis akan
menurunkan tenaga yang dihasilkan mesin secara perlahan. Penurunan tenaga ini
akan terjadi ketika suhu mesin naik dan menyentuh level 105 derajat
Celcius.Bagaimana jika pengemudi yang belum mengenal karakter mesin ini masih
tetap ngotot menginjak pedal gas? Manajemen kontrol elektronik pada bus ini
secara otomatis kembali akan menurunkan tenaga mesin begitu suhu mesin
naik ke level 110 derajat Celcius. Begitu juga ketika pengemudi ngotot
menginjak pedal gas dan menyebabkan mesin bus mengalami overheating atau panas
berlebih sampai suhu mesin menembus level 120 derajat Celcius. Jika sudah
sampai begitu, mesin bus tetap masih bisa hidup. Namun, pengemudi tak bisa lagi
memaksakan menginjak pedal gas lebih dalam lagi dengan tujuan menggenjot tenaga
mesin pada putaran lebih tinggi lagi. Bus secara otomatis akan berhenti. Driver
tidak bisa ugal-ugalan lagi menginjak gas karena sistem elektronik yang
bekerja secara otomatis akan mengirim perintah untuk
menolaknya.
Engine
Brake dan Gardan
Sulasno
juga menjelaskan, selama engine brake (EB) bekerja, tidak ada asupan solar yang
diminum oleh mesin. Karena, nozzle tak menyemprotkan solar. "Ini berlaku
untuk semua tipe sasis bus Mercedes-Benz, XBC 1518, OH 1521 E3, OH 1525 dan OH
1526," ujar Solasno. Mengacu pada petunjuk manual, fitur EB boleh
diaktifkan pengemudi kapan saja. Berbeda dengan ketentuan yang berlaku pada
mesin-mesin Mercedes-Benz tipe lama seperti OH 1521 Intercooler ke bawah yang
melarang penggunaan engine brake dalam kondisi tertentu. Pengaktifan engine
brake juga tidak memicu mesin jadi panas. Begitu EB diaktifkan, kompresi akan
langsung dibocorkan semua. EB pada OH 1521 E3 dilengkapi dengan saklar tipe I
dan II. Saat pedal gas dilepas, EB langsung bekerja. Ini berlaku untuk saklar
tipe I dan II. Inilah yang menjadi kelebihan pada bus-bus Mercedes-Benz yang
manajemen mesinnya sudah dikontrol secara elektris melalui ICU. Begitu EB
bekerja, dia akan langsung mengerem mesin. Manfaatnya, usia pakai kampas rem
pun jadi lebih awet. Thanks to Mercedes-Benz smart engine!
Gardan
yang terpasang pada sasis OH 1521 E3 sama seperti yang terpasang pada sasis
tipe OH 1526 dan OH 1525. Begitu juga gearbox dan kapasitas tangki solarnya.
"Ketiga-tiganya sama," tutur Sulasno. Bagaimana jika perangkat ECU
atau FR pada sasis OH 1521 E3 dicuri saat bus sedang mengantar penumpang
jalan-jalan? Apakah bus langsung mogok dan tidak bisa pulang kembali ke pool?
Wah memalukan dong. Masak bus tipe baru menyandang logo star terlihat mogok di
jalan. Saat merancang sasis OH 1521 E3, Mercedes-Benz sudah mengantisipasinya.
Jika kondisi seperti itu yang terjadi, maka bus langsung dinyatakan masuk
status emergency. Bus bisa tetap bisa dihidupkan dan melaju di jalan namun
dengan putaran mesin sangat rendah, yakni hanya 1.300 sampai 1.500 RPM, dan
tidak bisa diturunkan atau dinaikkan lagi. Harapannya, dengan di-set pada rpm
yang sedemikian rupa, pengemudi masih bisa membawa bus ini ke pool untuk
diperbaiki perangkat ECU atau FR-nya yang hilang dicuri. Selain itu, dengan
di-set mesin hidup dan melaju konstan di rpm rendah, bus masih bisa berjalan di
medan jalan yang bergelombang, datar sampai tanjakan.
Jadi,
jika mengemudikan OH 1521 E3 ini, driver tidak bisa mengatur-ngatur mesin
seenaknya lagi. Sebaliknya, mekanisme kerja dia diatur oleh mesin. "Inilah
yang saya sebut, OH 1521 E3 ini bus pintar," cetus Sulasno.Begitu juga
jika kabel pada pedal gas bus ini yang panjangnya bisa mencapai 9 meter,
tiba-tiba putus karena sesuatu hal. Bus akan tetap bisa melaju tanpa kabel gas.
Bus akan melaju pada rpm 1.300 sampai 1.500. Pada kondisi ini, pedal rem
menjadi alat bantu mengontrol rpm mesin bus. Jika pedal rem diinjak, rpm akan
diturunkan sampai menjadi hanya 6.00 rpm.
Suspensi
Berdecit
Sebagian
pemilik dan mekanik bus Mercedes-Benz mengeluhkan bunyi berdecit atau
mengelitik pada suspensi per daun (leaf spring) yang terpasang pada bus-bus
Mercedes-Benz. Ada juga yang mengeluhkan suspensi daun yang terpasang pada OH
1525 terlalu keras, alias kurang empuk. Sejumlah mekanik bus kemudian
mengakalinya dengan menyemprotkan pelumas ke seluruh permukaan dan sela-sela
per daun. Misalnya, seperti diterapkan oleh Laks, operator bus pariwisata di kawasan
Jakarta Timur pada unit-unit bus OH 1525-nya. Menanggapi hal ini, Sulasno
menyatakan keluhan seperti itu memang muncul. Untuk mengatasinya, Sulasno
bersedia berbagi kuat. Caranya, dongkrak dulu bodi bus (bukan sasisnya lho!).
Kemudian, lakukan steaming pada seluruh permukaan dan sela per daun. Berikutnya
setelah bersih dan kering, lumasi dengan grease atau gemuk. Sulasno menuturkan,
MB Ina sebenarnya memiliki piranti pelapis per dari bahan plastik yang berguna
meredam suara decit tersebut.
Namun,
harganya cukup mahal dan jika dipasang pada sasis, akan mendongkrak harga jual
sasis tersebut di konsumen. Selain itu, memasang pelapis per akan membuat
interval perawatan per menjadi lebih pendek. MB Ina saat ini sedang menguji
coba penggunaan per daun buatan pabrik lokal di Indonesia. Saat ini sedang
diuji coba pada 4 perusahaan operator bus (PO). Jika pengetesan dianggap layak
pakai, MB Ina akan meminta approval dari Mercedes-Benz Brazil, sebagai induk
dan pusat produksi sasis bus Mercedes-Benz, untuk dipasang pada sasis bus
Mercedes-Benz yang dipasarkan di Indonesia. Selama ini mesin, sasis dan
suspensi yang terpasang pada bus-bus Mercedes-Benz di Indonesia langsung
didatangkan dari Brazil. Soal suspensi yang keras, Sulasno menyebutkan, hal
tersebut telah teratasi pada sasis OH 1526 dengan spesifikasi overhang belakang
yang cukup
panjang.
Fitur-fitur
Khas
Bus
dengan dapur pacu OM-924 LA, 4 silinder 4800cc turbo intercooler ini juga
dilengkapi fitur-fitur khas bus-bus Mercedes-Benz yang sekarang teknologinya
sudah mulai diadopsi pabrikan bus Hino pada bus-bus seri RK-nya. Misalnya,
fitur full air brake. Fitur ini memberi keamanan & kenyamanan kepada
penumpangnya. Dengan fitur pengereman ini, bus terhindari dari kejadian rem
blong. Bus justru akan mengerem jika tekanan angin melemah. Demi kenyamanan
penumpang, teknologi pengereman pada bus Mercedes-Benz juga dirancang tidak
membuat penumpang terlempar ke depan ketika pengemudi menginjak rem saat di
kecepatan tinggi secara tiba-tiba seperti yang ditemui pada sasis bus tipe tertentu
dari pabrikan bus lain. Ini karena ketika roda bus direm, rem akan bekerja
mengunci roda belakang terlebih dulu. Ketika pedal rem ditekan lebih dalam
lagi, baru roda depan akan ikut dikunci. Tekanan udara pada brake chambers pada
roda depan dan belakang juga tidak sama. Brake chambers di roda belakang
mendapat tekanan 0,2 bar lebih kuat dibanding brake chambers depan. Kebalikannya,
ketika pedal rem dilepas, penguncian rem yang dilepas terlebih dahulu
adalah rem pada roda depan, baru kemudian disusul rem di roda
belakang.
Safety
Starter Sensor Sensor unik ini terpasang di pintu penutup ruang mesin. Jika
pintu terbuka, mesin hanya bisa distarter dari ruang mesin di bagian belakang,
tidak bisa dari dasbor. Ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan mekanik yang
sedang bekerja diruang mesin, agak tidak terjepit oleh belt jika secara tidak
sengaja ada yang menstater mesin dari dasbort.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar